Kamis, 28 April 2011

"Anarchy"


Apakah terorisme memiliki peraturan?
Apakah kerusuhan memiliki peraturan?
Apakah anarki memiliki peraturan?

Ketika remaja pernahkah anda bertindak memberontak?
tawuran? berkelahi? demonstrasi?
atau hanya duduk dihina dan direndahkan sesama?
atau hanya menonton mentri tidur siang dari layar TV?

Belakangan ini saya cukup terganggu dengan remaja yang mendewakan sepak bola. Dewanya dihina oleh dewa sepak bola lainnya (kebetulan 2 klub derby), mereka angkat senjata diatas tangan dan dengan bangganya melemparkan batu yang tidak tau melayang kemana. Apa yang sebenarnya mereka perjuangkan? Apa yang membuat mereka berkobar semangatnya seperti habis diceramahi Bung Tomo di Surabaya? atau hanya sekedar hiburan untuk mempersiapkan Ujian Akhir Nasional? Karena menurut saya, alasan mereka yang membela klub sepak bola masing-masing itu terdengar seperti kentut beraroma jengkol di WC umum.

Belum lagi anak punk yang berjiwa melayu berserakan di jalanan. mengertikah mereka arti "do it yourself" ? malah sok meniru cara bunuh diri sid vicious yang tidak jelas gunanya apa. Melakukan tindak merusak dan meresahkan warga dengan berdalih ketidakpuasan akan politik negara yang terdengar seperti tangisan anak miskin yang tidak mau berjuang hidup.


"A revolution without dancing is a revolution not worth having."- V
 
Anarki adalah kondisi manusia tanpa peraturan, suatu bentuk protes akan suatu peraturan yang tidak tepat atau membebani anggotanya. Remaja adalah fase manusia untuk berubah. Remaja adalah fase merekonstruksi peraturan. Remaja adalah fase manusia paling berbahaya. Remaja adalah fase pembentukan ideologi kehidupan. Maka tidak sedikit terorisme mudah merasuki pemuda, karena mereka ada dalam titik lemah pertahanan manusia.

Salahkah mereka?
Salahkah mentri tidur dalam rapat?
Salahkah teroris menggunakan bomb?
Salahkah agama kita ada banyak?
Salahkah peraturan hidup di dunia ini?

Anarki itu harus indah, anarki seharusnya tidak ada pihak yang dirugikan, anarki seharusnya tidak perlu melukai sesama, anarki itu bukanlah teriakan melainkan nyanyian rakyat, anarki itu fase rekonstruksi peraturan, anarki yang sempurna belum pernah terjadi di dunia ini karena kita semua belum punya kasih di diri kita masing-masing. Karena kasih tidak memiliki peraturan, sehingga kita bisa hidup membahagiakan satu sama lain tanpa ada batas yang mengkotak-kotakan.

mari anarkis bersama
Ahahahaha..

Rabu, 16 Februari 2011

"Benang dan Rajutannya"


Pertanyaan simpel...
Mengapa Tuhan membuat proses kematian?
Tidak ada?
Atau Tuhan bingung dengan ide ide maha agungnya?
 
Kenapa selalu ada game over di setiap video game?
Kenapa harus ada garis finish di setiap lomba maraton?
Kenapa ada tulisan sold out ketika barang sale sudah habis?

Batas?
Berarti kehidupan ada batasnya?

Game over ada untuk para gamer agar mereka bisa memilih "restart game" untuk memperbaiki kesalahannya....
Garis finish di ujung jalan ditujukan kepada para pelari untuk bisa menang atau kalah dan berusaha menang dilain waktu...
Tulisan sold out ada, agar penjual dapat memperbaharui dagangannya yang baru yang bisa lebih memuaskan pembeli lainnya...

Ini semua bicara tentang parameter kehidupan...
Berbentuk apakah akhir batas kehidupan kita?

Bagi saya, kehidupan bukan lah individual....
Kehidupan adalah kita semua...
Kita adalah hidup....
Kita adalah rajutan, dan tiap individual adalah benangnya....
Ada yang panjang, ada yang pendek..
Ada yang warna merah, ada yang hitam...
Tuhan adalah seorang nenek yang ingin mengekspresikan cintanya dengan rajutan...
Rajutan yang akhirnya akan membentuk pola yang indah yaitu cinta....
Kehidupan kita memiliki ujung untuk cinta...

Benang yang pendek bukan berarti nenek itu tidak adil...
Pendek untuk dapat membuat pola yang detail...
Semua benang memiliki peran yang penting...
Setiap individualnya sangatlah penting...

Nenek ingin membuat cinta untuk kita semua, semua benang memiliki koneksi satu sama lain....
Janganlah memotong benangmu sendiri ketika peranmu belum selesai...
Jadilah benang yang sesuai dengan kemauan sang nenek...
Jadilah pesan bagi sesama untuk berjuang demi hidup yang damai dan penuh cinta kasih...

Kawan, engkaulah pesanku yang berarti...
Dirimu tidaklah mati, dirimu akan selalu ada di hidup kami...
Dirimu adalah benang yang indah...
Yang terajut kuat membentuk pola cinta di kehidupan kami bersama....
Mari kita merajut bersama...
Ahahahahaha...

Rabu, 19 Januari 2011

"Uang Uang Uang"

"Sejenis alat tukar...."
"Buat beli beras lah..."
"Bikin lo hepi coy!!! ahahaha"
"Benda sakti buat nyumbat mulut aparat.."
"Penjajahan negara berkembangan di jaman post modern"
"Propaganda iluminati untuk menguasai dunia"
"Uang adalah hukum.."
"Uang ya.... Uang..."


Pintar pangkal kaya?
Bukannya pintar pangkal bahagia?
Apakah ketika kita kaya kita akan tetap bahagia?
Samakah antara kaya dan bahagia?


Sepulang saya dari daerah sudirman di Jakarta, saya naik bis pulang arah Cimone. Ada seorang anak kecil, kusam, dekil, aromanya yang galau dan sedih bercampur menjadi satu. Dari wajahnya yang membentuk busur kekecewaan yang sangat saya bisa terawang masalahnya. Masalah yang tak akan kunjung usai sampai ia dewasa kelak atau bahkan akan merambat ke generasi di bawahnya yang disebut "Keturunan Miskin".

Dia menyanyi dengan nada sumbang bukan karena hormon pubernya yang mempengaruhi perkembangan pita suara, tapi karena hormon lain yang memenuhi ruang hatinya, yaitu keterpaksaan. 1 lagu yang cukup menjengkelkan, dan dilanjut lagu berikutnya yang tidak kalah menyebalkan. Lagu melayu yang memiliki nada desperate layaknya blues dan penuh dengan lirik kekecewaan akan manusia.

Salahkah saya tidak memberinya sepersen pun uang karena alasan dia bernyanyi dengan tidak serius?

Dan yang terjadi adalah satu bis beroda 4 ini tidak ada satupun yang tersentuh oleh suara fales anak ini. Dia lari kebelakang bis, membanting recehannya, memukul-mukul kursi penumpang dengan gitar mini yang sumbang. Saya menyesal sekaligus dilema, salahkah saya?

Rasa sesal itu lalu membawa saya menerawang lagi masa depan anak manusia ini. Apakah dimasa depan dia tetap memukul kursi penumpang? atau malah langsung memukul penumpangnya?

Dia masih kecil, dia tidak perlu langsung dikenalkan tentang bagaimana sulitnya mendapatkan uang, dia perlu sekolah, dia perlu teman, dia perlu keluarga, dia perlu masa kecil yang bahagia, dan dia perlu harapan untuk ke depan....

Dari kecil ia tidak dikenalkan harapan dan doa... atau bahkan kebahagiaan....

Kemanakah orang tua mereka?

Kemanakah tanggung jawab mereka?


Sebegitu pentingnyakah  uang daripada kebahagiaan keluarga di mata mereka?

Jujur saja, saya benci uang...
Entah apapun kalian sebutkan...
PENTING? ya memang penting...
karena sudah mendarah daging di dalam sistem masyarakat kita...
Terjadinya kelas-kelas masyarakat, konflik yang selesai dengan tidak adil, manusia seperti memilki parameter baru untuk masuk surga, yaitu punya uang yang banyak....
Tapi apakah segalanya bagi kalian?
Setiap uang yang anda dapatkan adalah penghargaan kepada anda secara tertulis dan terkadang tidaklah ikhlas...
Tetapi rasa terima kasih dan kebahagiaan yang dialami orang lain dengan tulus adalah suatu penghargaan yang tidak ternilai oleh parameter apapun...
Saya lebih gila pujian daripada uang...
Saya lebih gila cinta kasih daripada cinta egois...

Uang itu dibutuhkan secara formal...
Tapi kebahagiaan lebih dibutuhkan secara tersirat...
Mari mencari kebahagiaan....
Ahahahaha