Jumat, 03 September 2010

"Buruan dong"

(Tulisan ini saya dedikasikan untuk pacar saya dan teman saya)

Jakarta,
Semakin anda sabar, semakin anda tidak mendapatkan transportasi...
Semakin anda sabar, semakin anda kalah akan situasi....

Lagi lagi persepsi yang terbalik dari kehidupan nyata, akankah moral kita akan berbanding terbalik dengan agama yang selalu mengajarkan kesabaran dan ketabahan?

Suatu saat teman saya bertanya dengan saya, apakah kesabaran itu?
Kira-kira apa yang akan kalian jawab?

Entah kita mau jawab secara logika ataupun perasaan...
yang pasti itu jawaban yang sulit dijawab dengan tindakan.

Apakah manusia akan selamanya egois dan tetap lari kedepan terus menerus tanpa peduli sekitarnya?

Emangnya apa sih yang didapatkan dari hal yang terlalu terburu-buru?

Emangnya apa sih yang dipikirkan orang-orang ketika menyelak membeli tiket di loket?

Emangnya apa juga sih yang dipikirkan orang ketika duduk di depan nenek yang sedang berdiri di angkutan umum?

Selain itu juga sabar harus punya toleransi pada berbagai masalah, misalnya cerita saudara saya mengantri di WC umum, lalu ada seorang ibu-ibu tergesa sedang menggendong anaknya yang masih kecil, "Maaf ya mba, anak saya sudah nangis kebelet pipis ini" kata seorang ibu berusaha masuk kamar mandi, lalu seorang remaja perempuan dengan pakaian modisnya berteriak dengan nada angkuh "Ngantri dong bu, bebek aja bisa baris, masa ibu ga bisa?".

Salahkah ibu itu memohon untuk menyelak dalam barisan?

Atau salahkah Tuhan menciptakan rasa "kebelet pipis" pada manusia?

Setidaknya dia sudah sopan memohon dengan sangat, dan menurut saya itu adalah tindakan sopan yang harusnya dihargai.

Kesimpulan saya, kesabaran memang tidak terlihat hasilnya, karena kesabaran adalah kepuasan yang kasat mata oleh kita.

Kesabaran adalah menunggu akan suatu harapan...

Kesabaran hanya ada jawaban jika bertindak...

Kesabaran itu penting untuk umat manusia...

Mari kita buru-buru sabar..
Ahahahahaha

Kamis, 02 September 2010

"Ratapan seorang binatang"

 
Di rumah saya terdapat satu tikus besar (tadinya kecil) dan gesit yang banyak memakan makanan sisa keluarga dengan seenaknya, dia kami beri nama "Ciko".Tipikal tikus yang dibenci oleh ibu rumah tangga dengan bulu yang hitam dan tatapan mata memelas kepada manusia. Sampai sekarang dia masih hidup di samping kamar saya, walaupun sudah berkali-kali hampir tertangkap.

Hingga suatu saat saya berpapasan lagi dengannya, saya langsung terpikir, sebenarnya dia hanya ingin bertahan hidup, kita telah memutus rantai makanan mereka berratus-ratus tahun lamanya. Jika saya ada di posisi ciko, mungkin saya akan melakukan hal yang sama dengan terpaksa memakan makanan sisa manusia dan lari terkencing-kencing karena akan dibunuh dan dibuang ditengah jalan berharap ada kendaraan yang melindas (kebiasaan buruk Indonesia, ngotor-ngotorin jalan). Hingga sekarang saya agak tidak tega membunuh Ciko, tapi suatu saat saya akan menghabisinya, ahahaha....

Membahas tentang binatang, kita sebagai mahkluk kota pasti sudah tidak pernah menjamah mereka lagi dengan kasih sayang. Kebun binatang sekarang banyak yang tidak terurus(salah satunya kasus banyak matinya binatang kebun binatang di Surabaya), suatu saat ketika mereka punah, maka kita menyalahkan alam. Jika suatu saat Tuhan berubah pikiran dan membuat makhluk yang lebih kuat dan lebih pintar daripada manusia, dan mengakibatkan manusia punah, akankah kalian  tetap menyalahkan alam?
 
Pernahkah anda melihat video yang sangat kontroversial seekor  harimau putih memakan manusia? kalo saya menerjemahkan tindakannya, mungkin dia berpesan pada kita semua, "Tolong perbaiki fasilitas kebun binatang dengan tambahan AC, kalo tidak saya makan kalian seperti abang-abang ini!"

Meracuni anjing orang

Memperdagangkan binatang langka

Hingga merusak habitat mereka dengan dalih keuntungan semata

Mereka memang bukan manusia, tapi perlakukanlah mereka selayaknya binatang.

Atau malah jangan menyamakan manusia sama binatang


Mari meratap bersama...
Ahahahaha...

"I Love New York"





"I Love New York"
"I Love HongKong"
"I Love Singapore"
"Why should I Love Indonesia?"

Anda ingat kejadian dimana batik diperebutkan oleh dua negara yang egois? Saya sangat ingat sekali, dan pada hari jumatnya saya datang ke  kampus dengan batik Pekalongan (karena dipaksa oleh pihak kampus).

Batik itu cuma bukti kecil saja bahwa kita tidak lulus sebagai bangsa yang cinta budaya sendiri. Sekarang malah jadi masalah panjang dengan tetangga sebelah yang punya hubungan darah dengan kita.

Salah penduduknya kah?
atau salah batiknya karena susah sekali dibuat?
Kan bisa saja elemen dari batik digabungkan dengan budaya sekarang sehingga bertambah nilai jualnya.

"You don't have to burn books to destroy a culture. Just get people to stop reading them."- Mahatma Ghandi.
Remaja sekarang jarang yang dapat mengimplementasikan budaya dalam kehidupannya sehari-hari. Malah cenderung mengkonsumsi budaya lain.Kita tidak diajarkan membaca budaya seperti yang dikatakan Gandhi, tapi cuma diberikan buku saja. Sehingga Budaya tidak meresap dalam diri kita. Saya punya pengalaman tidak menarik dari seorang guru, dia merupakan contoh orang Indonesia yang tidak bisa menghargai dan hanya bisa mengkonsumsi.

Waktu itu saya sedang mengajar workshop tentang animasi untuk sebuah sekolah swasta di daerah Jakarta. Penuh sekali ABG dengan tatapan dinginnya dan segala pernak-pernik pergaulan. Saya mengajar perlahan dan akhirnya ilmu saya berhasil diterima (dengan sedikit paksaan) kepada remaja labil tersebut. Di akhir workshop saya memberikan sebuah pesan (sok) moral tentang mencintai animasi produk Indonesia. Tiba-tiba, bak halilintar di dalam rumah, seorang guru ABG labil itu menyeletuk dengan angkuhnya, "yah... itu mah tugas kalian aja yang bikinnya bagus, yah harus dibagusin donk, baru kita bisa suka...". Saya sangat berharap bapak ini tewas tersedak durian setelah pulang nanti, tapi sayangnya Tuhan tidak menyetujui doa saya.



 Mulai semenjak itu saya jadi benci semua serial animasi buatan negara lain yang disiarkan di TV di Indonesia. Sering sekali saya dan teman-teman berbincang-bincang tentang masalah ini, dan kami lebih menitikberatkan pada pemerintah kita yang kayak pepatah "pura-pura dalam perahu, kura-kura tidak tahu". Kita tidak dibantu sedikitpun dan juga mereka tidak menggunakan hal semacam animasi untuk meningkatkan rasa nasionalis bersama, malah mengkonsumsi habis-habisan produk tetangga. Sama halnya dengan batik, kenapa tidak dari dulu saja mereka membuat banyak event tentang batik yang meriah-meriah seperti sekarang ini, mungkin kita tidak semelarat dan tidak terlalu sok nasionalis seperti sekarang ini. Daripada membuang banyak biaya untuk perang, lebih baik betanding dengan industri kita dengan pemikiran yang strategis sekaligus memupuk rasa berbangsa.

Orang kaya berbondong-bondong ke luar negeri hanya untuk buang recehnya di tanah orang. kenapa ga belanja di negara sendiri yang kualitasnya sama saja dan bahkan jauh lebih baik.


Pernah beli barang dengan label "Made in Indonesia" ?


Saya pernah, dan dulu bodohnya saya, saya anggap itu produk bajakan.Akhirnya saya sadar ternyata memang pabrik buatan Indonesia itu baik dan sangat berkualitas.

Masyarakat lebih cenderung melihat produk lokal adalah hasil bajakan atau suatu buatan yang amatir. Kita lihat dari industri fashion, bisa dibilang negara kita penuh dengan insan-insan bisnis yang berpotensi menyaingi industri China yang serba murah dan "cepat beli baru". Mungkin aspek lainnya pun juga harus banyak mendapat perhatian dari pemerintah agar dapat bantuan tenaga sehingga bersama membangun negara ini.

Pemerintah belum mendukung dengan maksimal, dan sekarang malah bikin rumah lebih gede yang (gosipnya) ada fasilitas SPA.

Daripada menunggu bantuan dari para pejabat, alangkah baiknya kita bersama mendukung semua produk dari negeri sendiri.

Seperti lagu yang dulu dilantunkan oleh penyanyi cilik Cindy Cenora,

Mari kita cinta rupiah
Ahahaha...